"Kalau ingat Betawi ingatnya Si Pitung, nggak ingat MH Thamrin, Ismail Marzuki. Betawi itu tidak hanya punya peradaban otot tapi juga peradaban otak," ujar sejarawan dan budayawan Betawi, JJ Rizal.
Hal itu disampaikan dia dalam bincang-bincang bertajuk 'Betawi Punye Gaye' di Bentara Budaya Jakarta, Rabu (25/4/2012).
Dalam beberapa buku pelajaran, yang dikenalkan sebagai tokoh Betawi kebanyakan tokoh yang menggunakan ototnya, sehingga memunculkan stereotype Betawi lekat dengan peradaban otot. Rizal juga menyayangkan teks dalam buku pelajaran muatan lokal Betawi anak SD yang terkadang kurang mengeleminir munculnya kata-kata keras.
"Yang diceritakan kenapa yang kekerasan. Dalam kisah Si Angkri dikatakan main golok, padahal bisa diganti dengan main pukulan saja," imbuhnya.
Rizal menyarankan kisah yang diangkat sebagai bahan ajar anak SD adalah yang memberikan inspirasi kebaikan, bukan inspirasi kesesatan. "Sebab kultur Betawi itu lekat dengan inklusivitas dan pluralisme," ucapnya.
Mohammad Husni Thamrin adalah satu tokoh Betawi yang namanya dikenang hingga kini. Dilahirkan di Jakarta pada 16 Februari 1894 dan wafat di Jakarta, 11 Januari 1941. Semasa hidup Thamrin dikenal sebagai politikus santun yang telah banyak berjasa bagi kepentingan bangsa dan negara.
Sedangkan Ismail Marzuki salah seorang komponis besar Indonesia yang lahir pada tahun 1914 di Kwitang, Jakarta Pusat. Sosok yang akrab disapa Maing ini dikenal sebagai pemuda yang berkepribadian luhur dan tergolong pintar. Dia kerap tampil necis. Dari Maing lahir berbagai lagu bertema perjuangan yang kini menjadi lagu nasional seperti Rayuan Pulau Kelapa dan Gugur Bunga. Kedua putra Betawi ini masuk dalam jajaran Pahlawan Nasional.
sumber :http://news.detik.com/read/2012/04/26/115604/1902042/10/jangan-hanya-si-pitung-ingat-betawi-ingat-juga-mh-thamrin?9922022
{ 0 comments... read them below or add one }
Post a Comment